Saturday, May 30, 2009

Kelompok Bersenjata Muncul di Tanah Hitam

Ancaman Keamanan Papua
Kelompok Bersenjata Muncul di Tanah Hitam
Diduga aksi kelompok bersenjata itu untuk ganggu pemilihan presiden.
Selasa, 26 Mei 2009, 16:46 WIB
Siswanto
Bentrok di Mimika, Papua (Antara/ M Yamin Gel)

VIVAnews – Kelompok bersenjata yang biasa beroperasi di daerah Wutung yang terletak di perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini atau Papua Guinea Baru, kembali membuat geger.

Tadi malam kelompok yang diduga dipimpin Mathias Wenda muncul di Bukti Tanah Hitam Jayapura. Mereka mengeluarkan tembakan dua kali di sana sebelum lari masuk hutan dan gunung karena diburu aparat keamanan.

Tembakan itu diduga sebagai aksi teror agar polisi tidak lagi mengejar mereka.

Pasukan yang dipimpin Kepala Polisi Resort Jaya Pura, AKBP Robert Djoenso memimpin lansung pengejaran kawanan bersenjata api itu. Mereka menyisir bukit dan gunung di Tanah Hitam.

Setelah kelompok itu muncul, warga kampung setempat melakukan penjagaan di daerahnya.

Tadi siang, Kepala Polisi Daerah Papua, Inspektur Jenderal Bagus Ekodanto, aparat keamanan akan terus mengejar mereka.

Ekodanto menduga motivasi aksi kepompok itu untuk mengganggu persiapan pemilihan presiden 2009 karena aksi serupa pernah dilakukan pada pemilihan sebelumnya.


Laporan: Banjir Ambarita | Papua

• VIVAnews

"Mengherankan, OPM Kok di Kota"

Rusuh di Papua "Mengherankan, OPM Kok di Kota"

Yang tak kalah mengherankan, senjata yang digunakan kelompok bersenjata tergolong canggih।

Kamis, 28 Mei 2009, 16:41 WIB
Elin Yunita Kristanti
Bentrok di Mimika, Papua (Antara/ M Yamin Gel)

VIVAnews - Wakil Gubernur Provinsi Papua, Alex Hasegem mengaku heran dengan kejadian rusuh di Papua. Alex heran karena kelompok yang diduga Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) sudah merambah di kota-kota.

"Saya heran kok OPM bergerak di pinggir-pinggir kota, seperti kontak senjata yang terjadi di Tanah Hitam dan penembakan kediaman kantor Bupati Puncak Jaya, setahu saya pergerakan OPM hanya di hutan-hutan dan daerah perbatasan antar negara, dengan cara bergerilya," kata dia, Kamis 26 Mei 2009.

Yang lebih mengherankan, tambah dia, kelompok yang dituding OPM dan masuk kota itu menggunakan senjata yang tergolongan sangat canggih dalam melakukan aksi teror. "Masa senjatanya canggih-canggih, saya benar-benar heran," tambah dia.

Menurut Alex, kasus-kasus yang terjadi selama ini sebenarnya sifatnya masih kriminal. Namun, karena pelakunya sudah menggunakan senjata api yang modern, tentu ini harus menjadi perhatian serius dari aparat keamanan. "Jika ada gerakan masyarakat menggunakan senjata, harus dihadapi juga dengan senjata," tambah dia.

Dia mendesak aparat keamanan baik itu Polisi maupun TNI segera menghentikan aksi-aksi kelompok itu secepatnya, jangan sampai rakyat yang tidak berdosa yang yang tidak tahu apa-apa menjadi korban.

Sebelumnya, Mantan Menteri Luar Negeri Organisasi Papua Merdeka, Nicolas Messet, meminta semua pihak tidak mudah mengambing hitamkan kelompok OPM sebagai otak dari semua kerusuhan yang terjadi di Papua sejak pemilih legislatif 2009.

Sebab, indikasi semua kejadian kerusuhan itu direkayasa mulai terkuak. Dimana ada sekelompok orang yang memperalat orang Papua untuk melakukan tindakan-tindakan dengan imbalan Rp 50 ribu per orang,” kata Messet ketika menghadiri HUT Kodam 17 Cenderawasih, Jayapura, Kamis siang.

Messet adalah orang yang mengenal betul karakter OPM. Messet kini kembali ke NKRI. Dia lama bermukim di Belanda dan Papua Nugini. Menurut Messet, OPM tidak mungkin masuk kota karena mereka berada di hutan dan sekarang juga mulai banyak yang sadar untuk kembali ke NKRI.

Laporan: Banjir Ambarita|Papua

Pengibaran Bendera Bintang Kejora Hanya Isu

Tidak ada bendera yang berkibar di SMP 6 Jayapura, Jumat, kemarin.
Sabtu, 30 Mei 2009, 10:06 WIB
Amril Amarullah
Bendera Papua Merdeka (webshots.com)

VIVAnews - Terkait dengan adanya dugaan pengibaran bendera di halaman sekolah SMPN 6 Sentani Kabupaten Jayapura, Jumat 29 Mei 2009 pukul 05.45 WIT.

Kapolresta Jayapura AKBP Matius Fachiri mengatakan, hal itu hanya isu belaka. "Saya sudah konfirmasi Dandim 1701 Letkol Inf, Iman Santoso, katanya itu hanya isu, dan tidak ada bendera yang berkibar,'' ungkapnya.

Dengan demikian, kata Kapolres, dirinya tidak bisa memastikan bahwa bintang kejora telah berkibar. selain itu, pihaknya juga sampai saat ini belum menemukan barang bukti.

Sementara itu Dandim Iman Santosa ketika dikonfirmasi via telepon selulernya mengatakan, tidak ada pengibaran bendera di SMP 6.

"Itu hanya isu yang disebarkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang menggagalakan Pilpres mendatang,'' ujarnya. Sementar menurut info, bendera benar-benar berkibar lalu yang menurunkan Danramil Sentani.

Laporan: Banjir Ambarita | Papua

Masa Tenggang Habis, Aparat Tak Tindak Tegas

Kerusuhan di Papua

Masa tenggang atas peringatan kepolisian agar rakyat bersenjata menghentikan aksinya habis
Sabtu, 30 Mei 2009, 02:15 WIB
Hadi Suprapto
Suku di Papua (VIVAnews)

VIVAnews - Kendati Kepolisian sudah memberi peringatan kepada kelompok bersenjata yang menduduki lapangan terbang Kapeso Mamberamo Raya, Papua, untuk segera menghentikan aksinya, hingga Kamis 28 Mei kemarin, namun upaya tindakan hukum belum dilakukan.

Bahkan, negoisasi ulang dengan mengimbau kelompok bersenjata mengakhiri pendudukan, kembali dilakkukan.

"Karena kesulitan komunikasi, namun kami akan menegakkan langkah-langkah hukum," kata Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal FX Bagus Ekodanto melalui sambungan telepon di Jayapura, Jumat 29 Mei 2009.

Bagus mengatakan, meski batas negoisasi telah ditetapkan, bukan berarti aparat keamanan langsung merebut paksa lapangan terbang perintis itu. "Kami masih menyerukan kelompok itu menghentikan aksinya," ujarnya.

Dari informasi yang di lapangan, dalam beberapa hari ini, Polda kembali berencana mengirim pasukan tambahan ke Mamberamo. Ini merupakan puncak setelah kelompok bersenjata tak mau menyerah.

Lapangan terbang Kapeso Distrik Mamberamo Hilir Kabupaten Mamberamo Raya sejak 13 Mei lalu diduki kelompok bersenjata pimpinan Dicki Embiri, Cosmos Makamuri, dan Alex Makamuri. Sayangnya mereka tidak menyatakan jelas tuntutannya. Hanya beredar isu, mereka melakukan aksi karena tidak puas dengan pemerintah daerah Mamberamo Raya yang tidak melaksanakan pembangunan secara merata.

Pendudukan itu, mendapat sorotan dari berbagai pihak, termasuk mantan menteri luar negeri Organisasi Papua Merdeka Nicollas Messet dan Ketua Majelis Rakyat Papua Agus Alua. Mereka beranggapan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Papua sejak Pemilu legislatif lalu adalah rekayasa belaka dari segelintir orang yang mengambil keuntungan dari persitiwa yang terjadi.

Laporan: Banjir Ambarita | Papua

• VIVAnews

Friday, May 29, 2009

Bendera Bintang Kejora Berkibar di Sekolah

Pengibaran bendera di lakukan di halaman sekolah SMP 6 Sentani, Jayapura.
Jum'at, 29 Mei 2009, 10:11 WIB
Amril Amarullah
Bendera Papua Merdeka (webshots.com)

VIVAnews - Hari ini, Jumat 29 Mei 2009 pukul 05.45 Wit telah terjadi pengibaran bendera bintang kejora, yang dianggap sebagai simbol separatis Papua merdeka. Pengibaran bendera di lakukan di halaman sekolah SMP 6 Sentani, Jayapura.

Belum diketahui pelaku pengibaran bendera tersebut, tetapi diduga dikibarkan oleh sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab yang mengganti bendera merah putih dengan bendera bintang kejora.

Polisi masih melakukan penyelidikan dan belum ada keterangan resmi dari pihak Kepolisian maupun TNI.

Laporan: Banjir Ambarita | Papua

Thursday, May 28, 2009

Kapolda Papua: Hari Ini Batas Akhir Negosiasi


Kelompok Bersenjata Kuasai Bandara Perintis Kapeso
Kapolda Papua: Hari Ini Batas Akhir Negosiasi
Kelompok bersenjata menduduki lapangan terbang sejak beberapa pekan terakhir.
Kamis, 28 Mei 2009, 11:26 WIB
Siswanto

VIVAnews – Hari ini, Kamis 28 Mei 2009, merupakan batas waktu negosiasi antara aparat keamanan dan kelompok bersenjata yang mengambil alih lapangan terbang Kapeso Distrik Mamberamo Hilir, Kabupaten Mamberamo Raya, Papua.

“Jika dalam negosiasi tidak menemui jalan penyelesaian, akan dilakukan tindakan hukum berupa merebut lapangan terbang itu,” kata Kepala Polisi Daerah Papua, Inspektur Jenderal Polisi FX Bagus Ekodanto ketika menghadiri HUT Kodam 17 Cenderawasih, Jayapura.

Kelompok bersenjata pimpinan Dicki Embiri, Cosmos Makamuri, dan Alex Makamuri, menduduki lapangan terbang sejak beberapa pekan terakhir.

Kelompok itu tidak mengungkapkan tuntutan apapun. Tapi, aparat keamanan menduga alasan pendudukan lapangan terbang itu untuk menyampaikan kekecewaan kepada pemerintah daerah Mamberamo yang mereka anggap tidak memperhatikan kehidupannya.

Laporan: Banjir Ambarita | Papua

Wiranto: Rusuh Papua Tiru Perilaku Elit

Rusuh di Papua
Wiranto: Rusuh Papua Tiru Perilaku Elit
Mantan Menteri Luar Negeri OPM minta semua pihak tidak mudah mengambing hitamkan OPM.
Kamis, 28 Mei 2009, 16:25 WIB
Elin Yunita Kristanti, Bayu Galih
(VIVAnews)

VIVAnews - Papua menjadi daerah paling tidak aman dalam penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2009. Sampai hari ini di daerah tersebut masih terjadi konflik, termasuk pendudukan Bandara Perintis Kasepo di Mamberamo Raya.

Menurut mantan Panglima ABRI, Wiranto masalah di Papua adalah masalah keamanan nasional. "Saya ingatkan keamanan lokal tergantung juga situasi nasional," kata Wiranto di Posko Partai Golkar Mangunsarkoro, Jakarta, Kamis 28 Mei 2009.

Ditambahkan Wiranto, masyarakat meniru perilaku elit politik nasional. "Elit politik jangan mendemonstrasikan ketidakbersamaan dan ketidakkompakan di masyarakat," tambah dia.

Calon wakil presiden dalam Pemilu Presiden 2009 itu mengatakan jika elit politik berperilaku rusuh, masyarakatpun akan rusuh. "Mereka [masyarakat] akan mendapat contoh," tambah dia.

Sebelumnya, Mantan Menteri Luar Negeri Organisasi Papua Merdeka, Nicolas Messet, meminta semua pihak tidak mudah mengambing hitamkan kelompok OPM sebagai otak dari semua kerusuhan yang terjadi di Papua sejak pemilih legislatif 2009.

Sebab, indikasi semua kejadian kerusuhan itu direkayasa mulai terkuak. Dimana ada sekelompok orang yang memperalat orang Papua untuk melakukan tindakan-tindakan dengan imbalan Rp 50 ribu per orang,” kata Messet ketika menghadiri HUT Kodam 17 Cenderawasih, Jayapura, Kamis siang.

Messet adalah orang yang mengenal betul karakter OPM. Messet kini kembali ke NKRI. Dia lama bermukim di Belanda dan Papua Nugini.

Menurut Messet, OPM tidak mungkin masuk kota karena mereka berada di hutan dan sekarang juga mulai banyak yang sadar untuk kembali ke NKRI.

Polisi: Selesaikan Negosiasi Sekarang atau Kami Rebut

Jayapura - Polisi memberi batas waktu hari ini kepada kelompok bersenjata yang mengambilalih lapangan terbang Kapeso, Distrik Mamberamo Hilir, Papua, untuk menyelesaikan negosiasi.

“Jika dalam negosiasi tidak menemui jalan penyelesaian, akan dilakukan tindakan hukum berupa merebut kembali lapangan terbang itu,” kata Kepala Polisi Daerah Papua, Irjen FX Bagus Ekodanto saat menghadiri HUT Kodam XVII Cenderawasih di Jayapura. Kamis (28/5).

Kelompok bersenjata pimpinan Dicki Embiri, Cosmos Makamuri, dan Alex Makamuri, menduduki lapangan terbang sejak Minggu 19 Mei 2009 hingga meresahkan masyarakat.

Kelompok ini tidak menyebutkan tuntutannya, tetapi aparat keamanan menduga mereka kecewa kepada pemerintah daerah Mamberamo yang mereka anggap tidak memperhatikan kehidupannya.

“Disinyalir kemungkinan pembangunan yang dinilai tidak merata, sehingga mereka menguasai bandara,” katanya.

Sampai saat ini bandara masih dikuasai kelompok separatis, sedangkan polisi terus berkoordinasi dengan pemuda, tokoh adat dan tokoh gereja untuk bernegosiasi membahas permasalahan ini.

Polisi tidak menangkap atau membubarkan kelompok penyandera karena anggota OPM itu diperkirakan hanya tiga orang sedangkan 150 lainya adalah warga yang sengaja disandera untuk dijadikan tameng.

“Sejauh ini aparat masih melakukan tindakan persuasif karena untuk mengantisipsi adanya korban, meski demikian aparat keamanan tetap siaga,” katanya.(Ant)

TNI Tidak Mau Gegabah Hadapi OPM

28/05/09 14:34
Jakarta (ANTARA News - Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso mengatakan, pihaknya tidak akan gegabah menghadapi kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM), termasuk yang masih menduduki bandara perintis Kaisiepo sejak 19 Mei.

"Kami tidak mau gegabah, karena di sana kan juga ada warga sipil. Di sekitar bandara ada 300 orang. Jadi, jangan sampai kita gegabah hingga menimbulkan korban jiwa," kata Panglima TNI usai menghadiri seminar "Memahami Indonesia Yang Asing: Realitas Sosial Budaya di Perbatasan RI-Malaysia, di Jakarta, Kamis,

Jenderal Djoko Santoso mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan kepolisian untuk terus mengadakan pendekatan persuasif terhadap para anggota kelompok separatis OPM yang hingga kini masih menduduki bandara perintis Kaisiepo tersebut.

"Kami sudah sepakat untuk tetap mengedepankan cara-cara persuasif. Kita tidak mau gegabah, menjadi perhatian internasional dan dinyatakan sebagai pelanggar HAM. Kita tetap kedepankan komunikasi yang baik, meski itu menyangkut kedaulatan tetapi kita tetap persuasif dulu..gak mungkin lalu kita tembaki semua," katanya.

Tentang batas waktu yang ditetapkan untuk para OPM yang menduduki bandara, Djoko mengatakan, itu sangat tergantung pada kepolisian.

"Yang berada di depan, kini masih kepolisian. Jadi tentang batas waktu bagi OPM ya tergantung mereka. Tanyakan saja ke polisi," ujar Djoko.

Sementara itu, Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Polisi F.X. Bagus Ekodanto mengaku pihaknya sudah mengirimkan pasukan dari Freeport ke Membramo.

Pengiriman pasukan itu menyusul laporan dan permintaan dari masyarakat Membramo dan Bupati Membramo Raya atas pendudukan Bandara Perintis Kaisepo oleh kelompok bersenjata.

Bagus mengatakan, untuk menuju lokasi dibutuhkan waktu tempuh selama dua hari. Dan itu pun hanya bisa ditempuh dengan pesawat perintis dari Jayapura.

Menurut Bagus, kondisi di Membramo memang cukup genting. Sekelompok masyarakat sudah menguasai lapangan terbang dan melarang warga sekitar untuk ke luar wilayah.

Selain mengirim pasukan, Bagus mengatakan, Polda Papua sudah berkoordinasi dengan gereja dan tokoh masyarakat serta pemangku adat setempat. Polda memberi kesempatan kepada mereka untuk berunding dengan kelompok yang menduduki bandara.

"Jika negosiasi tidak berbuah hasil, Polda Papua akan mengambil tindakan untuk merebut kembali bandara dan menormalisasikan situasi Membramo Raya," demikian Bagus.

Selain menduduki bandara, kelompok bersenjata itu juga mengibarkan Bendera Bintang Kejora. (*)

Bandara di Papua Dikuasai OPM Panglima TNI: Pakai Persuasif Diharapkan Tak Ada Korban,

Kamis, 28/05/2009 13:11 WIB

M. Rizal Maslan - detikNews


Jakarta
- Pemerintah tetap memilih langkah persuasif kepada kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang menduduki Bandara Perintis Kaisepo, Kabupaten Memberamo, Papua. Dengan cara ini diharapkan tidak ada korban sipil yang jatuh.

"Kita mengedepankan cara persuasif dan komunikasi yang baik. Mudah-mudahan mereka mau menyerah," kata Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso usai menghadiri Seminar Perbatasan dalam rangka Koentjaraningrat Memorial Lecture VI/2009 di Kantor Departemen Pertahanan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (28/5/2009).

Seperti diketahui pendudukan Bandar Udara Perintis Kaisepo telah berlangsung dua pekan ini. Namun aparat keamanan belum berhasil mengusir 300 warga yang sebagian memiliki senjata itu.

Menurut Djoko, pihak aparat keamanan baik Polri maupun TNI tidak ingin mengambil langkah yang serampangan, sehingga bisa menimbulkan korban jiwa di kalangan sipil.

"Kalau nanti tindakan gegabah dan menimbulkan korban sehingga diekspos menjadi pelanggaran HAM," tegasnya.

Djoko mengatakan, meskipun pendudukan warga masyarakat bersenjata ini sudah dinilai mengganggu kedaulatan, tapi harus tahu caranya.

"Apakah kita harus tembaki semua, kan tidak mungkin. Mudah-mudahan hari ini selesai. Kita cari cara terbaik lah," ujarnya.

Ditambahkan Djoko, penyelesaian masalah pendudukan bandara tersebut masih ditangani Polri dan batas waktunya yang akan diberikan diserahkan kepada wewenang kepolisian. Bahkan, di dalam Rapat Koordinasi Polhukam telah disepakati bahwa dalam kasus itu dikedepankan penanganan secara persuasif dan komunikasi dengan para pasukan sipil bersenjata.(zal/ndr)

Jika Negoisasi Batal, Polri Rebut Bandara

OPM Kuasai Bandara Perintis
Jika Negoisasi Batal, Polri Rebut Bandara
Hari ini merupakan batas waktu negosiasi. "Kita ajak mereka menyerahkan diri."
Kamis, 28 Mei 2009, 13:07 WIB
Elin Yunita Kristanti, Nicolaus Tomy Kurniawan
Kapolri, Bambang Hendarso Danuri (VivaNews/ Nurcholis Anhari Lubis)

VIVAnews - Tiga orang diduga anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) masih menduduki bandara Perintis Kapeso di Mamberamo Raya, Papua. Kepala Kepolisian RI, Jenderal Bambang Hendarso Danuri mengatakan polisi akan segera mengambil langkah tegas.

"Dalam waktu dekat Papua akan saya putuskan, setelah tim saya pulang," kata Kapolri di sela-sela acara Musrembang Polri di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta, Kamis 28 Mei 2009.

Sampai saat ini, tambah Bambang Hendarso, polisi masih melakukan negoisasi dengan pendekatan kemanusiaan. "Kita ajak mereka menyerahkan diri. Tapi kalau diajak negosiasi tak menggubris, kita lakukan tindakan sesuai dengan apa yang direncanakan," tambah dia.

Pada prinsipnya, tambah Bambang Hendarso, polisi melakukan operasi penegakan hukum. "Kalau memang diperlukan bantuan hukum dari TNI, akan kita lakukan [minta]," tambah dia.

Sebelumnya, Kepala Polisi Daerah Papua, Inspektur Jenderal Bagus Ekodanto mengatakan hari ini merupakan batas waktu negosiasi antara aparat keamanan dan kelompok bersenjata yang mengambil alih lapangan terbang Kapeso.

"Jika dalam negosiasi tidak menemui jalan penyelesaian, akan dilakukan tindakan hukum berupa merebut lapangan terbang itu," kata dia ketika menghadiri HUT Kodam 17 Cenderawasih, Jayapura.

Kelompok bersenjata pimpinan Dicki Embiri, Cosmos Makamuri, dan Alex Makamuri, menduduki lapangan terbang sejak beberapa pekan terakhir. Bendera bintang kejora dikibarkan di sana.

Kelompok itu tidak mengungkapkan tuntutan apapun. Tapi, aparat keamanan menduga alasan pendudukan lapangan terbang itu untuk menyampaikan kekecewaan kepada pemerintah daerah Mamberamo yang mereka anggap tidak memperhatikan kehidupannya.

Ada sekelompok orang yang memperalat orang Papua.

Mantan Menteri OPM: Jangan Mudah Tuduh OPM
Ada sekelompok orang yang memperalat orang Papua.
Kamis, 28 Mei 2009, 12:00 WIB
Siswanto

VIVAnews - Mantan Menteri Luar Negeri Organisasi Papua Merdeka, Nicolas Messet, meminta semua pihak tidak mudah mengambing hitamkan kelompok OPM sebagai otak dari semua kerusuhan yang terjadi di Papua sejak pemilih legislatif 2009.

“Sebab, indikasi semua kejadian kerusuhan itu direkayasa mulai terkuak. Dimana ada sekelompok orang yang memperalat orang Papua untuk melakukan tindakan-tindakan dengan imbalan Rp 50 ribu per orang,” kata Messet ketika menghadiri HUT Kodam 17 Cenderawasih, Jayapura, siang ini.

Messet adalah orang yang mengenal betul karakter OPM. Messet kini kembali ke NKRI. Dia lama bermukim di Belanda dan Papua Nugini.

Menurut Messet, OPM tidak mungkin masuk kota karena mereka berada di hutan dan sekarang juga mulai banyak yang sadar untuk kembali ke NKRI.

Messet juga menegaskan pengambilalihan lapangan terbang di Desa Kapeso, Mamberamo Raya, bukan dilakukan OPM. Tetapi dilakukan kelompok yang dipimpin Dicki Embiri.

“Saya ini orang Sarmi Mamberamo dan sudah kontak ke massa di Kapeso itu. Mereka hanya kecewa dengan pemerintah daerah karena pembangunan yang tak merata,” kata Messet.

Messet mengatakan telah menghimbau Dicki Embiri untuk menghentikan aksi.

Bandara di Desa Kapeso diduduki kelompok bersenjata sejak beberapa pekan terakhir. Hari ini merupakan hari terakhir yang diberikan aparat keamanan kepada mereka untuk meninggalkan lapangan itu.

Laporan: Banjir Ambarita | Papua

Monday, May 25, 2009

Masih Kuasai Bandara Papua, OPM Akan Ditindak Tegas

Senin, 25/05/2009 17:05 WIB
Didit Tri Kertapati - detikNews

Jakarta - Bandar Udara Perintis Kaisepo, Membramo, Papua, hingga saat ini masih dikuasai Organisasi Papua Merdeka (OPM). Negosiasi belum membuahkan hasil. Kepolisian akan mengambil tindakan.

"Sampai sekarang, negosiasi belum membuahkan hasil. Dalam arti, untuk meninggalkan bandara dengan batas waktu yang belum ditentukan," kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Abubakar Nataprawira, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (25/5/2009).

Selanjutnya, kata dia, kasus tersebut akan diserahkan ke Kapolda Papua. "Apabila mereka masih menguasai maka aparat akan mengambil tindakan kepolisian," ujarnya.

Namun demikian, Abubakar mengatakan kontak senjata dengan OPM sangat dihindari. "Karena di sana masih ada masyarakat, jangan sampai ada kontak senjata. Karena, mereka akan berlindung di tengah masyarakat. Kita takut ada korban dari masyarakat. Itu yang kita hindari. Tetapi, sewaktu-waktu akan diambil tindakan kepolisian," papar Abubakar.

Abubakar menjelaskan, langkah yang telah dilakukan antara lain, melakukan koordinasi dengan Pemda setempat, tokoh adat, dan tokoh gereja.

Dikatakan dia, pasukan Brimob baik dari Kelapa Dua maupun Polda Papua sudah dikirim ke lokasi. Namun, lokasi yang dituju sangat sulit ditempuh.

"Pada 23 Mei, ada kontak senjata dengan mereka. Setelah kontak senjata, mereka lari ke hutan. Ada yang tertinggal antara lain panah, anak panah, parang, seragam, dan 3 buah pegas untuk senjata api rakitan," kata dia.(aan/iy)

Friday, May 22, 2009

Pemerintah Pilih Persuasif Tangani Pendudukan Bandara di Papua

Jumat, 22/05/2009 19:08 WIB

M. Rizal Maslan - detikNews

Jakarta - Pemerintah tetap mengedepankan pendekatan persuasif kepada kelompok bersenjata yang menduduki Bandar Udara Perintis Kaisepo, Membramo, Papua, sejak hari Minggu (17/5/2009). Hingga kini, pemerintah mengaku belum tahu motif dan tuntutan kelompok tersebut.

"Menangani masalah Bandara Kaisepo, saya kira, intinya adalah persuasif, negosiasi, karena sampai sekarang kita juga tidak tahu motif dan tuntutannya apa. Itu yang dilakukan di lapangan," kata Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Polhukam) Widodo AS usai menggelar Rapat Koordinasi Polhukam di kantornya, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (22/5/2009) sore.

Dalam rapat itu turut hadir, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri, Menhan Juwono Sudarsono. Dalam menangani kasus tersebut, menurut Widodo, pihaknya melihat sejauh mana pengaruh pada tatanan kehidupan masyarakat di sana, sehingga kalau memang diperlukan tindakan persuasif maka itu yang dilakukan.

Ditanya walau kelompok bersenjata yang diduga merupakan kelompok separatis, pemerintah tetap mengedepankan pendekatan HAM. "Oh iya lah, kita tidak mau ada langkah-langkah yang diartikan sebagai bentuk kekerasan dan pelanggaran dan sebagainya. Kita kan bisa komunikasi dan itu yang dilakukan temen-temen di lapangan," tegasnya.

"Negosiasinya seperti apa Pak?" tanya wartawan lagi. "Ya di lapangan dulu lah. Mencapai tempatnya saja susah," jawabnya singkat sambil memasuki mobil dinasnya meninggalkan kantornya.(zal/ndr)

Bandara di Papua Dikuasai Kelompok Bersenjata, TNI Pilih Dialog

Jumat, 22/05/2009 18:13 WIB
M. Rizal Maslan - detikNews


Jakarta
- Bandar Udara Perintis Kaisepo, Membramo, Papua, dikuasai kelompok bersenjata. Meski demikian TNI menilai kondisi secara umum di wilayah itu tetap kondusif. Oleh sebab itu, sejauh mungkin dihindarkan konflik dan dilakukan dialog.

"Rapat kali ini membahas soal perkembangan di Papua, termasuk adanya penguasaan bandara tetap dilakukan persuasif, hindarkan konflik sejauh mungkin, kedepankan dialog," kata Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso usai Rakor Polhukam di Kantor Kementerian Polhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (22/5/2009).

Djoko juga berharap agar fakta yang terjadi di lapangan tidak dibolak-balik atas kasus pengusaan bandara di wilayah terpencil di Papua itu. "Jangan dibolak-balik, lalu kita terprovokasi, nanti dibiang pelanggaran HAM," jelasnya.

Djoko juga kembali menegaskan, tentang langkah yang dilakukan aparat keamanan dengan cara peresusif, walau kelompok tersebut dinilai mengancam kedaulatan dengan menaikan bendera Bintang Kejora.

"Ya tetap kita akan ke depankan tindakan persuasif, nanti jika nggak bisa, ya kita tindak tegas. Tetap kita adakan pendekatan persuasif dan dialog," tegasnya.(zal/ndr)

Tuesday, May 19, 2009

Ledakan Tewaskan Enam Polisi, Dua Tentara Afghanistan

Qalat, Afghanistan (ANTARA News/AFP) - Serangkaian ledakan bom menewaskan enam pejabat polisi dan dua tentara di Afghanistan selatan pada Senin, (18/5) yang merupakan serangan terakhir dalam serangkaian peningkatan serangan gerilyawan yang ditujukan pada pasukan keamanan, beberapa pejabat mengatakan.

Lima polisi tewas ketika sebuah bom di tepi jalan, yang sama dengan bom yang digunakan oleh gerilyawan Taliban yang memerangi pemerintah, menghantam kendaraan mereka di provinsi Zabul, kata kepala polisi provinsi Abdul Rahman Sarjang.

Pemboman terpisah di tempat lainnya di provinsi yang bergolak itu menewaskan seorang pejabat polisi lainnya, katanya.

"Dalam satu ledakan di distrik Naw Bahar kami kehilangan lima polisi. Dalam ledakan lainnya dekat Qalat kami kehilangan seorang pejabat polisi lainnya," kata Sarjang, merujuk pada ibukota provinsi Zabul.

Kepala distrik Naw Bahar mengatakan bahwa dua personil Tentara Nasional Afghanistan tewas dalam ledakan bom ketiga di daerah itu Senin.

"Ada ledakan di tepi jalan," katanya.

Seorang wartawan AFP yang melakukan perjalanan di jalan raya Kabul-Kandahar melalui Zabul mengatakan jalan itu ditutup karena insiden tersebut.

Serangan gerilyawan dan bom di tepi jalan Minggu menewaskan 11 polisi dan satu tentara di provinsi Helmand di Afghanistan selatan yang bergolak.

Taliban bulan lalu mengancam untuk meningkatkan serangan terhadap para pejabat dan tentara pemerintah.

Taliban memerintah antara 1996 dan 2001 serta memerangi pasukan pemerintah dan internasional untuk merebut kembali kekuasaan.(*)

Menhan Kolombia Mundur dari Pilpres

Bogota (ANTARA News/Reuters) - Menteri Pertahanan Kolombia Juan Manuel Santos telah mengundurkan diri dari pencalonannya dalam pemilihan presiden pada 2010 jika Presiden Alvaro Uribe memutuskan untuk mundur ketika masa jabatan keduanya berakhir.

Uribe, yang terkenal karena tindakan kerasnya terhadap pemberontak sayap kiri, masih mempertimbangkan masa jabatan berikutnya dan para anggota parlemen sekarang ini sedang membahas referendum untuk memungkinkan presiden konservatif itu mencalonkan diri tahun depan.

"Jika ia memutuskan tidak mencalonkan diri untuk dipilih kembali, saya akan menjadi seorang calon," kata Santos, Minggu, kepada wartawan.

Santos menambahkan ia akan mendukung Uribe jika presiden itu akan melanjutkan masa jabatannya lagi.

Jajak pendapat belum lama ini menunjukkan Santos akan menjadi seorang calon yang kuat untuk menjadi presiden karena ia mewakili kontiunitas kebijakan keamanan Uribe. Namun ia akan menghadapi tantangan keras dari bekas walikota Medellin Sergio Fajardo, seorang independen.

Santos, seorang bekas redaktur surat kabar dan menteri keuangan, adalah anggota salah satu keluarga yang paling berpengaruh di Kolombia. Ia adalah aggota penting partai politik Uribe.

Sebagai menteri pertahanan, Santos mengawasi serangkaian serangan yang berhasil terhadap pemberontak sayap kiri FARC. Namun pada masanya pasukan bersenjata juga telah diguncang oleh skandal tentara yang membunuh warga sipil untuk mempertunjukkan mereka sebagai pemberontak yang tewas dalam pertempuran.(*)

Monday, May 18, 2009

Bangladesh Tahan 600 Tentara Terlibat Pemberontakan

Dhaka (ANTARA News/AFP) - Polisi Bangladesh Senin (18/5) mengatakan bahwa mereka telah menahan sekitar 600 tentara dari pos-pos perbatasan di seluruh negara itu karena terlibat pemberontakan tiga bulan lalu yang puluhan perwira dibunuh.

Pemberontakan itu menimbulkan kekuatiran bagi pemerintah sipil yang baru terpilih pimpinan PM Sheikh Hasina, yang berkuasa setelah dua tahun pemerintah dukungan militer di negara Asia Selatan itu.

Sekitar 2.000 penjaga perbatasan kini ditahan karena terlibat pemberontakan 33 jam, yang di mulai di barak-barak ibukota Dhaka dan menyebar ke seluruh negara itu.

Di distrik Cox`s Bazar saja, 206 penjaga perbatasan ditangkap dari pos-pos perbatasan mereka," kata kepala polisi distrik itu Motiur Rahman Sheikh kepada AFP.

"Mereka dituduh berkhianat dan dijebloskan ke penjara."

Sekitar 500 tentara lainnya ditangkap di 10 distrik lainnya, kata komandan polisi di daerah-daerah ini kepada AFP.

Hasil pemeriksaan pemerintah dan satu penyelidikan terpisah yang dilakukan militer menyangkut pemberontakan itu belum diumumkan.

Tujuh puluh empat orang termasuk 57 perwira senior angkatan darat tewas dalam pemberontakan itu.

Duapuluh penjaga perbatasan yang terlibat pemberontakan itu meninggal dalam tahanan, kata militer, yang membuat kelompok-kelompok hak asasi manusia menuntut dilakukan penyelidikan apakah mereka akibat penyiksaan.(*)

Adik Presiden Afghanistan Selamat Dari Usaha Pembunuhan

Kabul, (ANTARA News) - Seorang adik Presiden Afghanistan Hamid Karzai pada Senin diserang di jalan menuju Kabul oleh gerilyawan-gerilyawan Taliban, yang menewaskan seorang pengawalnya Senin pagi.

Ahmad Wali Karzai, ketua dewan pemerintah provinsi di provinsi Kandahar, mengemukakan kepada Reuters ia sekitar satu jam dalam perjalanan dari ibukota provinsi itu di distrik Sarobi yang kacau saat serangan itu.

"Saya sehat dan selamat dari serangan itu," katanya dalam satu wawancara telepon, dan menambahkan ia menganggap serangan di jalan raya menuju provinsi Nangarhar di bagian timur negara itu, ditujukan terhadapnya.

"Mereka membunuh seorang dari para pengawal saya dalam baku tembak itu, tetapi saya berhasil keluar," tambahnya.

Adik Karzai itu juga selamat dari satu serangan Nopember lalu terhadap kantor-kantor pemerintah di provinsi kelahirannya, yang menewaskan enam orang dan mencederai paling sedikit 40 orang lainnya.

Taliban, yang digulingkan dari kekuasaan oleh pasukan AS dan Afghanistan tahun 2001, menghimpun kekuatan mereka dalam tahun-tahun belakangan ini, terutama di selatan dan timur negara itu.

Para komandan militer AS mengerahkan ribuan tentara bantuan untuk menggempur mereka dalam apa yang Washington anggap satu tahun yang menentukan bagi satu perang yang merupakan prioritas keamanan utamanya.(*)

Pemimpin Macan Tamil Tewas

Kolombo, (ANTARA News) - Pemimpin pemberontak Macan Tamil, Velupillai Prabhakaran, ditembak mati, Senin ketika berusaha melarikan diri dari pasukan pemerintah, kata seorang pejabat senior pertahanan kepada AFP.

Prabhakaran berada dalam satu konvoi sebuah mobil dan ambulans bersama dengan beberapa stafnya yang berusaha melarikan diri dari medan tempur, tetapi diserang dan tewas, kata pejabat senior kementerian pertahanan yang tidak bersedia namanya disebutkan.

Ia tewas bersama dengan dua orang di kendaraan itu. Akan ada satu pengumuman resmi nanti," kata pejabat itu.

"Ketika pasukan melepaskan tembakan , kendaraan itu berusaha lari, tetapi juga terkena tembakan," kata seorang sumber tingkat tinggi lainnya dari militer. Kendaraan itu terbakar ."

Senin pagi, putra Prabhakaran , Charles Anthony dan sejumlah pejabat senior lainnya ditembak mati oleh komando-komando pasukan khusus, kata para pejabat pertahanan.(*)

Sunday, May 17, 2009

Sri Lanka: Semua Warga Sipil yang Terperangkap Diselamatkan


Kolombo (ANTARA News/AFP) - Pasukan militer Sri Lanka telah menyelamatkan semua warga sipil yang dikuasai oleh pemberontak Macan Tamil, kata juru bicara militer, Brigadir Udaya Nanayakkara Ahad.

"Lebih dari 50.000 orang telah keluar dari daerah itu dalam tiga hari terakhir, dan dengan itu kami telah menyelamatkan semua penduduk sipil yang dijadikan tameng hidup oleh Macan Tamil," kata Nanayakkara.

Dia menambahkan, meskipun demikian, Macan Tamil masih menguasai suatu celah kecil hutan di pinggir pantai timur laut negara pulau tersebut.

Menurut laporan Reuters dari Kolombo, pemberontak Macan Tamil melancarkan serangan-serangan bunuh diri terhadap pasukan Sri Lanka dalam pertempuran Ahad, setelah Presiden Mahinda Rajapakse mengumumkan kemenangannya, atas pemberontak separatis terlama di Asia itu.

Rajapakse tiba di negaranya Ahad pagi, sehari setelah dia mengatakan, bahwa Pembebasan Macan Tamil Eelam (LTTE) telah dikalahkan secara militer dalam perang sipil selama 25 tahun. Namun, diakui bahwa pertempuran masih terjadi di timur laut negara pulau itu.

"Semua penduduk sipil dari Vellimullivaikal telah diselamatkan. Tentara masih berperang dengan LTTE. Lebih dari 50.000 warga sipil telah diselamatkan sejak Kamis," kata Nanayakkara.

Ia menjelaskan, tentara setidaknya menewaskan 70 pejuang Macan Tamil pada saat warga sipil berusaha menyeberangi danau Nanthikadal, di sisi barat medan pertempuran. Mereka berada di enam perahu.

Ledakan-ledakan masih mengguncang sisa-sisa daerah pemberontak, yang sekarang tinggal satu kilometer persegi, kata pihak militer.

"Ledakan serangan-serangan bunuh diri terus terjadi. Para kader pemberontak melakukan serangan bunuh diri dengan datang ke depan tentara di garis depan, dan kemudian meledakkan diri mereka," kata Nanayakkara.

Masing-masing pihak saling menuduh membunuh warga sipil.

Ketua Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Jumat mengatakan, dia mendukung suatu penyelidikan kejahatan perang dan pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan oleh kedua pihak.

Gelombang tekanan diplomatik menumpuk dari Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis dan PBB pekan lalu, yang terlambat untuk menghentikan pertempuran terakhir itu.

Staf Sekjen PBB Ban Ki-moon, Vijay Nambiar, akan bertemu dengan para pejabat pemerintah Minggu untuk berupaya menengahi perundingan terakhir, yang prospeknya tampak tak mungkin.

Presiden Sri Lanka, Mahinda Rajapakse, setiba dari kunjungan resmi ke Jordania, Ahad pagi, mencium tanah sesaat dia keluar dari pesawat.

Ia berikrar tidak ada kompromi bagi Macan Tamil.(*)

Friday, May 15, 2009

Bangladesh Tangkap 250 Prajurit Perbatasan

Dhaka (ANTARA News/AFP) - Polisi Bangladesh hari Kamis menangkap 250 prajurit perbatasan yang dituduh mengobarkan kekerasan di negara itu selama pemberontakan yang meletus di sebuah pangkalan militer di Dhaka, kata sejumlah pejabat.

Sebelum penangkapan-penangkapan terakhir itu, 1.300 prajurit dengan berbagai pangkat sudah ditahan karena dituduh melakukan pemberontakan pada Februari di ibukota Bangladesh itu.

Prajurit-prajurit yang ditangkap Kamis itu memiliki kaitan dengan kekerasan yang meluas di beberapa daerah negara itu pada hari kedua dari pengepungan 33 jam dan dilakukan di pangkalan-pangkalan paramiliter Bangladeshi Rifles (BDR), kata kepala kepolisian Chittagong Z.A. Morshed kepada AFP.

Secara keseluruhan, 250 prajurit BDR ditangkap pada Kamis, kata polisi di masing-masing dari empat distrik dimana penangkapan-penangkapan itu dilakukan.

Lebih dari 70 orang tewas, termasuk 56 perwira senior angkatan darat, dalam pemberontakan pada 25 Februari itu.

Hasil penyelidikan tim terpisah pemerintah dan militer atas kejadian itu masih belum diumumkan.

Duapuluh prajurit perbatasan tewas selama dalam penahanan terkait dengan pemberontakan itu, yang membuat kelompok-kelompok HAM segera menuntut dilakukan penyelidikan atas kematian mereka. Kelompok-kelompok itu menuduh bahwa beberapa dari tahanan-tahanan tersebut tewas karena disiksa.

Militer menyatakan, semua tahanan itu tewas karena bunuh diri atau sakit.(*)

Friday, May 08, 2009

Tentara Afghanistan Dan Jerman Tangkap Pemimpin Gerilyawan

Berlin (ANTARA News/AFP) - Pasukan khusus Jerman dan tentara Afghanistan Kamis menangkap seorang yang diduga pemimpin gerilya dan diyakini berada di balik serangkaian serangan hebat, pemerintah Jerman mengatakan.

Kementerian pertahanan mengatakan dalam satu pernyataan bahwa tentara Jerman yang bertugas dengan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) di Afghanistan utara dan tentara setempat telah melakukan operasi Rabu malam untuk menangkap Abdul Razeq.

Tersangka ditemukan pada sekitar pukul 06.00 GMT di wilayah pegunungan sekitar 60 Km di tenggara Faisalabad dan dibawa ke penjara oleh pasukan Afghanistan.

"Dengan operasi yang berhasil ini, yang telah lama direncanakan dan yang mana seorang tersangka pelaku teror ditangkap, pasukan Jerman menunjukkan keefektifan mereka," Menteri Pertahanan Franz Josef Jung mengatakan.

Pernyataan itu mengatakan Abdul Razeq dipercaya berada di balik serangan terhadap konvoi Jerman Juni lalu, rencana serangan bom terhadap ISAF Juli lalu dan serangan terhadap konvoi gubernur povinsi di Badakshan di Afghanistan timurlaut November.

Ia akan diserahkan ke Direktorat Keamanan Nasional di Kabul.

Satu tentara Jerman terluka dalam operasi itu dan dirawat di Faisalabad. Kondisinya stabil, kata kementerian tersebut.(*)

Militer Pakistan Diperintahkan Lenyapkan "Teroris"

Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Pemerintah Pakistan hari Kamis memerintahkan militer melenyapkan "teroris", sementara pasukan darat dan udara terus menggempur posisi militan yang disebut Washington sebagai ancaman bagi keberadaan negara yang bersenjatakan nuklir itu.

Helikopter-helikopter serang dan pesawat tempur membom sejumlah lokasi yang dicurigai sebagai tempat persembunyian Taliban di Lembah Swat selama pertempuran paling mematikan untuk menguasai distrik wilayah baratlaut itu sejak pemerintah mencapai sebuah perjanjian perdamaian pada Februari dengan kelompok garis keras.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani menyampaikan pidato di televisi yang mendesak rakyat negara itu bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian dengan melancarkan serangan-serangan.

Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.

"Untuk memulihkan kehormatan dan martabat negeri kita, dan untuk melindungi rakyat, maka angkatan bersenjata diperintakan melenyapkan militan dan teroris," kata Gilani, yang mengenakan pakaian tradisional Pakistan.

Ribuan warga sipil telah meninggalkan Swat, daerah yang dulu tujuan wisata dan kini menjadi markas Taliban, dengan berjalan kaki atau naik kendaraan untuk menghindari pertempuran, dan Palang Merah memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan sedang memuncak.

Sehari sebelumnya, Rabu, 35 militan tewas dalam operasi militer di Lembah Swat di wilayah baratlaut -- pertempuran paling mematikan di distrik itu sejak sebuah perjanjian perdamaian itu ditandatangani pada Februari.

Seorang pejabat militer di daerah tersebut mengatakan, militan-militan itu tewas dalam serangan darat dan udara di lembah yang pernah menjadi pesona wisatawan itu.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pemimpin Al-Qaeda di Pakistan dan deputinya tewas pada 1 Januari dalam serangan udara yang diduga dilakukan pesawat tak berawak AS di Waziristan Selatan, menurut sejumlah pejabat keamanan setempat.

Para pejabat yakin bahwa Usama al-Kini, yang disebut-sebut sebagai pemimpin operasi Al-Qaeda di Pakistan, mendalangi serangan bom truk terhadap Hotel Marriott di Islamabad pada September lalu, dan memiliki hubungan dengan serangan-serangan bom pada 1998 terhadap Kedutaan Besar AS di Afrika.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan Pakistan digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Pakistan menempatkan sekitar 120.000 prajurit di sepanjang perbatasan itu dan menekankan bahwa tanggung jawab menghentikan penyusupan juga bergantung pada pasukan keamanan yang berada di Afghanistan.

Menurut militer Pakistan, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Ayman al-Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Terdapat sekitar 70.000 pengungsi Afghanistan di Bajaur, yang tinggal di sana sejak akhir 1970-an setelah mereka melarikan diri dari invasi Uni Sovyet ke Afghanistan.(*)

12 Warga Sipil Tewas Dalam Serangan Bom Bunuh Diri di Afghanistan


Kabul (ANTARA News/AFP) - Pemboman bunuh diri di sebuah pasar yang ramai di Afghanistan selatan menewaskan 12 warga sipil dan mencederai 32 orang, Kamis, dalam serangan yang ditujukan pada pasukan asing, kata seorang pejabat pemerintah.

Polisi mengatakan, dua prajurit asing anggota Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO juga terluka dalam serangan itu, yang terjadi di provinsi Helmand, namun hal itu masih belum bisa dikonfirmasi oleh ISAF.(*)

Perompak Somalia Tembaki Kapal AL AS

08/05/09 00:21
Manama (ANTARA News/Reuters) - Perompak melepaskan tembakan senjata ringan ke kapal perbekalan Angkatan Laut AS di lepas pantai Somalia timur, dalam serangan pertama semacam itu sejak gelombang serangan bajak laut tahun lalu, kata AL AS, Kamis.

Kapal USNS Lewis and Clark diburu selama sekitar satu jam pada Rabu pagi oleh dua kapal perompak, namun tidak satu pun berhasil mendekat lebih dari satu mil laut ke kapal AS itu, kata Armada Kelima Angkatan Laut AS dalam sebuah pernyataan.

Tembakan-tembakan senjata ringan mereka sangat jauh dari jangkauan ke kapal AS yang menjadi sasaran, yang segera bergerak untuk menghindari kapal-kapal kecil perompak tersebut.

Kapal USNS Lewis and Clark sebelumnya berfungsi menjadi fasilitas penahanan sementara bagi tersangka perompak yang ditangkap di laut, namun operasinya kini dibatasi untuk mengangkut perbekalan bagi kapal-kapal lain AS yang beroperasi di kawasan tersebut.

Perompak Somalia meningkatkan kegiatan mereka dalam beberapa pekan ini, tanpa peduli kehadiran angkatan laut internasional di wilayah perairan tersebut.

Ada 97 usaha serangan terhadap kapal-kapal dagang di Teluk Aden pada 2009, 27 diantaranya berhasil, menurut keterangan Angkatan Laut AS.

Dalam insiden terakhir pada Kamis, bajak laut Somalia menahan sebuah kapal dagang kecil Belanda bersama sedikitnya delapan orang awaknya di Teluk Aden.

Serangan-serangan perompak telah mengganggu pengiriman bantuan PBB, mendorong peningkatan ongkos asuransi dan membuat sejumlah perusahaan memilih rute pelayaran antara Eropa dan Asia dengan melewati daerah sekitar Afrika Selatan.

Armada angkatan laut dari AS, Eropa dan Asia telah dikerahkan di kawasan itu untuk melindungi kapal-kapal dagang.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.

Pembajakan oleh perompak Somalia sebelumnya dikabarkan menurun pada 2009 setelah angkatan laut internasional mulai melakukan patroli di kawasan perairan yang ramai di Teluk Aden. Namun, aksi mereka meningkat lagi saat ini.

Tahun lalu perompak telah membuat kawasan Teluk, yang menghubungkan Eropa dengan Asia dan Timur Tengah melalui Terusan Suez, menjadi tempat pelayaran paling berbahaya di dunia. Puluhan kapal dibajak dan puluhan juta dolar dibayar sebagai tebusan bagi pembebasan sejumlah kapal.

Beberapa ahli keamanan mengatakan, meski operasi-operasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa (EU) untuk sementara bisa menangkal aksi perompak dan menjamin jalur aman bagi pelayaran kapal, masalah pembajakan yang telah membuat beaya asuransi melonjak itu tidak akan terpecahkan sampai aturan hukum ditegakkan lagi di Somalia.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.(*)

Thursday, May 07, 2009

Afghanistan, Pakistan in new anti-militant front: Obama

05/07/09 06:44
by Stephen Collinson

Washington (ANTARA News/AFP) - President Barack Obama Wednesday said the leaders of Pakistan and Afghanistan had forged a new front against extremists, but Afghan deaths in US raids cast a pall over a high-stakes summit here.

Obama gathered Afghan President Hamid Karzai and Pakistani leader Asif Ali Zardari for one-on-one talks, and a trilateral summit, hoping to ease years of mistrust between the neighbors in the name of defeating the Taliban.

"I'm pleased that these two men, elected leaders of Afghanistan and Pakistan, fully appreciate the seriousness of the threat that we face, and have reaffirmed their commitment to confronting it," Obama said.

Secretary of State Hillary Clinton meanwhile said the talks, which will continue at cabinet level Thursday, were showing "very promising early signs."

Obama called the three-way meetings as he pushes for a combined drive between Pakistan and Afghanistan to crush the Taliban and Al-Qaeda.

For his part Zardari is seeking US military aid and political support, while Karzai hopes to purge Taliban havens in Pakistan, which are destabilizing his country.

The talks came amid fresh waves of deadly clashes in Pakistan's Swat valley in which the military said it had killed more than 80 militants in an upsurge of fighting on Wednesday.

Pakistan's cash-strapped government was making emergency preparations to shelter up to 500,000 people expected to flee Swat and local officials said tens of thousands had already left the district's main town.

The talks also coincided with fresh reports from Afghan police that US-led air strikes targeting insurgents had killed 100 people, most of them civilians, in one of the deadliest battles in nearly eight years.

The US military opened an investigation into the operation overnight Monday in the remote western province of Farah, and Karzai ordered his government to probe reports of high civilian casualties.

"I made it clear that the United States will work with our Afghan and international partners to make every effort to avoid civilian casualties," Obama said after talks with the two presidents.

Clinton, who met the two leaders before Obama, also added condolences.

"I wish to express my personal regret and certainly the sympathy of our administration on the loss of civilian life in Afghanistan," she said.

"We deeply regret it. We don't know all of the circumstances or causes. And there will be a joint investigation by your government and ours," Clinton told Karzai.

But Clinton also expressed hope the Washington talks would renew the battered joint effort to combat extremism.

"I am very optimistic that this process is making a difference," Clinton said, though she added she was aware that a few meetings could not on their own solve the myriad of issues confronting the two nations.

"Both presidents spoke very movingly about the threat and dangers of terrorism," Clinton said, adding she was "extremely impressed" by the candor of the two leaders and their delegations.

Clinton said on Wednesday she was impressed with recent efforts by Pakistan to fight extremism, following her recent harsh criticisms of its conduct.

"Well, I'm actually quite impressed by the actions that the Pakistani government is now taking," Clinton said, adding there was a "resolve going forward" in Islamabad's struggle against the Taliban.

Last month, Clinton warned that Pakistan was "abdicating" to the Taliban by allowing extremists to impose Islamic law in parts of the country.

Ten days ago, Pakistan launched offensives in Buner and Lower Dir districts to flush out advancing armed Taliban.

Islamabad had been heavily criticized for a February deal which put three million people in the northwest under sharia law in a bid to end an uprising, which instead saw the Taliban push further south towards the capital.

Zardari sounded a strong note of support for the common fight against insurgents.

"We stand with our brother Karzai and the people of Afghanistan against this common threat, this menace, which I have called a cancer," Zardari said.

He said Pakistan bore a "huge burden" in fighting both the Taliban and Al-Qaeda, but added "we are up to the challenge because we are the democracy and democracy is the only cure to this challenge."(Ant)

35 Militan Tewas Dalam Serangan Pasukan Pakistan di Swat

Islamabad (ANTARA News/AFP) - Pakistan menyatakan, 35 militan tewas Rabu dalam operasi militer di Lembah Swat di wilayah baratlaut -- pertempuran paling mematikan di distrik itu sejak sebuah perjanjian perdamaian ditandatangani pada Februari.

"Ada 35 militan yang tewas di daerah dekat tambang zamrud itu," kata jurubicara militer Mayjen Athar Abbas kepada AFP.

"Itu merupakan aksi balasan setelah militan menyerang pasukan dan bangunan pemerintah," tambahnya.

Seorang pejabat militer di daerah tersebut mengatakan, militan-militan itu tewas dalam serangan darat dan udara di lembah yang pernah menjadi tujuan wisata itu. Swat terletak di Pakistan baratlaut dimana kelompok garis keras Taliban mengobarkan pemberontakan berdarah selama dua tahun.

"Kami menggunakan meriam dan helikopter untuk melakukan pemboman dan kemudian mengerahkan pasukan kami ke daerah tersebut," kata pejabat itu, yang menegaskan bahwa daerah tambang itu telah dikuasai kembali.

Ada laporan-laporan mengenai kematian warga sipil dalam pertempuran Rabu, namun pejabat itu menyatakan tidak memiliki penjelasan terinci lebih lanjut.

Pejabat-pejabat setempat mengatakan, lebih dari 40.000 orang meninggalkan kota utama Swat, Mingora, dalam 24 jam terakhir ketika pertempuran berkobar.

Pasukan keamanan Pakistan akhir bulan lalu melancarkan dua ofensif militer, di Lower Dir dan Buner, daerah-daerah dekat Swat dimana gerilyawan bersenjata Taliban berusaha mendorong pemberlakuan hukum Islam.

Sebuah pernyataan militer mengatakan, serangan-serangan militan terhadap pasukan keamanan di Swat merupakan "pelanggaran berat" atas perjanjian perdamaian dan empat prajurit teweas dalam pertempuran di Swat sejak Selasa.

Serangan-serangan militan di Pakistan, negara sekutu penting AS, menewaskan lebih dari 1.700 orang di negara itu, terutama di kawasan suku baratlaut, sejak Juli 2007.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pemimpin Al-Qaeda di Pakistan dan deputinya tewas pada 1 Januari dalam serangan udara yang diduga dilakukan pesawat tak berawak AS di Waziristan Selatan, menurut sejumlah pejabat keamanan setempat.

Para pejabat yakin bahwa Usama al-Kini, yang disebut-sebut sebagai pemimpin operasi Al-Qaeda di Pakistan, mendalangi serangan bom truk terhadap Hotel Marriott di Islamabad pada September lalu, dan memiliki hubungan dengan serangan-serangan bom pada 1998 terhadap Kedutaan Besar AS di Afrika.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan Pakistan digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Pakistan menempatkan sekitar 120.000 prajurit di sepanjang perbatasan itu dan menekankan bahwa tanggung jawab menghentikan penyusupan juga bergantung pada pasukan keamanan yang berada di Afghanistan.

Menurut militer Pakistan, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Ayman al-Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Terdapat sekitar 70.000 pengungsi Afghanistan di Bajaur, yang tinggal di sana sejak akhir 1970-an setelah mereka melarikan diri dari invasi Uni Sovyet ke Afghanistan.(*)

Wednesday, May 06, 2009

Tentara Georgia Memberontak, Pemerintah Tuduh Rusia

06/05/09 06:16
Tbilisi (ANTARA News/AFP) - Tentara Georgia hari Selasa melancarkan pemberontakan pada malam pelatihan NATO di bekas republik Uni Sovyet itu, yang pemerintah katakan berakhir tanpa kekerasan, tapi menuduh Rusia mendukung pemberontak tersebut.

Batalion tank di pangkalan Mukhrovani di pinggir kota Tbilisi, ibukota negara Georgia, berontak, kata pejabat.

Pemberontak itu merencanakan membunuh Presiden Mikheil Saakashvili, kata jurubicara kementerian dalam negeri Shota Utiashvili.

"Sudah selesai. Kebanyakan sudah menyerah, termasuk komandan batalionnya. Beberapa orang kabur," kata Utiashvili kepada kantor berita Prancis AFP, "Tidak ada kekerasan atau semacamnya."

Beberapa belas kendaraan lapis baja dilaporkan menuju pangkalan Mukhrovani, sekitar 25 kilometer dari Tbilisi, kata televisi Georgia.

Saakashvili menyebutnya "pemberontakan besar-besaran", tapi televisi Rustavi-2 melaporkan bahwa presiden pergi secara pribadi ke pangkalan itu untuk berunding dengan pemberontak tersebut.

Tuduhan keterlibatan Rusia, yang dengan marah dibantah di Moskwa, memicu kembali ketegangan diplomatik, yang tetap tinggi sejak perang lima hari di antara tetangga itu pada Agustus 2008.

Menteri Pertahanan David Sikharulidze menyatakan "pemberontakan" itu untuk "mengganggu pelatihan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO dan menggulingkan pemerintah secara ketentaraan".

Kementerian dalam negeri menyatakan mengungkap persekongkolan untuk "pemberontakan bersenjata" di antara satuan kementerian pertahanan dan Rusia terlibat.

"Rencana itu digalang dengan Rusia, sedikit-dikitnya untuk mengganggu pelatihan tentara NATO dan sebesar-besaranya untuk menggalang pemberontakan besar-besaran tentara di Georgia," kata jurubicara kementerian dalam negeri itu.

"Kami punya keterangan bahwa pemberontak itu berhubungan langsung dengan orang Rusia, bahwa mereka mendapat perintah dari mereka, bahwa mereka menerima uang dari mereka," katanya.

Utiashvili menyatakan dua tersangka ditangkap dan komplotan itu mencakup rencana membunuh Saakashvili.

"Rencana itu berisi pemberontakan besar-besaran di Tbilisi dan mengambilalih kedaulatan Georgia serta kesatuan pemerintah Georgia dengan Eropa dan Euro-Atlantik," kata Saakashvili dalam pidato televisi.

"Keadaan terkendali. Ada ketertiban dan ketenangan di semua satuan lain tentara," kata Saakashvili.

"Saya menuntut tetangga utara kami menahan diri dari penghasutan," tambahnya.

Utusan Rusia untuk NATO, Dmitry Rogozin, mengatakan kepada kantor berita Interfax bahwa tuduhan terhadap Moskwa itu "gila".

"Kami secara perlahan terbiasa pada tuduhan gila dari pemimpin politik dan tentara Georgia," katanya, "Yang terjadi sekarang keruntuhan mutlak tentara dan negara Georgia."

Tuduhan Georgia menunjukkan "hayalan sakit" pemimpin Tbilisi, kata pejabat tertinggi kementerian luar negeri Rusia kepada Interfax.

Georgia mengalami keguncangan politik pada beberapa pekan terkini dengan kelompok lawan mencoba memaksa Saakashvili mundur.

Pendukung lawan berunjukrasa di ibukota itu selama hampir sebulan menuntut undur-dirinya.

Pelaksana unjukrasa akan mulai upaya baru menutup jalan utama pada Selasa, tapi wanita jurubicara lawan, Sopho Jajanashvili, menyatakan tindakan itu dibatalkan.

Pemimpin lawan akan membuat pernyataan atas kegentingan itu.

Georgia akan mengadakan pelatihan NATO sejak Rabu, yang dikutuk Rusia sebagai memanas-manasi.

Pelatihan perang sebulan akan melibatkan lebih dari 1.100 tentara dari lebih dari selusin negara NATO dalam komando "tanggap bahaya" dan pelatihan lapangan.

Georgia dan Rusia bertempur lima hari pada tahun lalu untuk Ossetia Selatan, wilayah sempalan Georgia.(*)

Tuesday, May 05, 2009

Empat Tewas Dalam Serangan Bom Mobil di Pakistan

Peshawar, Pakistan, (ANTARA News) - Seorang pelaku serangan bom bunuh diri menabrakkan mobilnya ke dalam satu pos pemeriksaan polisi di dekat kota Pakistan, Peshawar, menewaskan sedikitnya empat petugas keamanan, kata polisi.

Serangan tersebut terjadi di perbatasan Peshawar dan Khyber, satu wilayah suku yang bergolak di perbatasan dengan Afghanistan.

"Pelaku bom bunuh diri menabrakkan mobilnya ke dalam kantor pemeriksaan. Empat petugas keamanan tewas," kata kepala polisi Peshawar, Sifwat Ghayyur kepada Reuters.

Namun demikian, para saksi mata mengatakan, tujuh orang, termasuk lima petugas keamanan dan dua penduduk sipil tewas.

Peshawar adalah ibukota Provinsi Perbatasan Barat Laut (NWFP), yang dikenal selama ini bergejolak.

Pasukan keamanan Pakistan sedang bertempur menghadapi kelompok garis keras Taliban di wilayah pegunungan NWFP, di mana para pejuang mulai memperluas pengaruhnya setelah melakukan kesepakatan dengan pihak pemerintah untuk pemberlakuan hukum syariah Islam.

Perjanjian Februari lalu dan menyebarkan pengaruh Taliban telah meningkatkan tanda bahaya bagi Amerika Serikat (AS) mengenai kemampuan persenjataan nuklir Pakistan, untuk meningkatkan sikapnya terhadap gerilyawan. Ini penting dalam upaya menciptakan stabilitas di Afgfhanistan.(*)

Friday, May 01, 2009

Taliban Culik 10 Tentara Paramiliter di Pakistan

Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Para gerilyawan Taliban , Jumat, menculik 10 tentara paramiliter dari markas lokal mereka di sebuah kota Pakistan barat laut yang berbatasan dengan Lembah Swat yang kacau, kata polisi.

Penculikan itu terjadi di kota Dir, Dir Hulu , distrik Malakand- di mana militer pekan ini melakukan serangan terhadap gerilyawan Taliban di distrik-distrik Dir Hilir dan Buner.

Lebih dari 60 gerilyawan Taliban menyerang markas paramiliter dan menangkap 10 personil sekitar pukul 01:00 waktu setempat (02:00 WIB) Jumat) , kata komandan polisi Dir Ijaz Ahmed kepada AFP.

Hanya ada beberapa personil di markas itu karena sebagian besar mereka dikerahkan ke lapangan, kata Ahmed.

Atiqur Rehman , kepala pemerintah distrik Dir Hulu mengkonfirmasikan bahwa lebih dari 50 gerilyawan bersenjata menyerang markas paramiliter Dir Levies dan menculik 10 personil.

Di Buner, para gerilywan awal pekan ini menduduki kantor-kantor polisi di tiga desa dan menahan 52 personil polisi dan tentara paramiliter di distrik itu, kata militer.(*)