Thursday, March 12, 2009

Ratusan Warga Sipil Tinggalkan Zona Perang Sri Lanka

12/03/09, 02:27,
Kolombo (ANTARA News/Reuters) - Hampir 400 warga sipil menyelamatkan diri dari zona perang Sri Lanka yang kian mengecil, sementara seorang menteri pulih kesadarannya setelah terluka dalam serangan bom bunuh diri yang dituduhkan pada pemberontak Macan Tamil yang tersudut, kata sejumlah pejabat, Rabu.

Militer Sri Lanka mengepung gerilyawan Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) di zona yang hanya 37 kilometer persegi di kawasan pantai timurlaut Sri Lanka dan berusaha mengakhiri perang separatis itu.

Pasukan membunuh 16 gerilyawan LTTE dalam pertempuran Selasa dan Rabu, kata jurubicara militer Brigjen Udaya Nanayakkara.

Macan Tmail belum bisa dihubungi untuk diminta komentar mereka mengenai hal itu. Situs pro-LTTE www.TamilNet.com mengutip seorang pejabat pemberontak yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan, kelompok gerilya itu Selasa meledakkan enam posisi artileri angkatan darat sekitar 18 kilometer di belakang garis perang, dan menewaskan 50 prajurit dalam serangan tersebut.

Nanayakkara membantah berita itu dan mengatakan, "Kami tidak mungkin membiarkan senjata-senjata itu berada dalam posisi yang bisa diserang. Mereka terlindungi dengan baik bahkan ketika mereka jauh dari pertempuran."

Selasa, pasukan menerima 378 warga sipil Tamil yang menyelamtkan diri, sehingga jumlah pengungsi menjadi 1.054 sejak Jumat, katanya. Hampir semua dari 38.900 orang yang melarikan diri dari zona perang sepanjang tahun ini datang dalam gelombang besar-besaran pada awal Februari ketika pasukan mencapai sebuah zona lama bebas tembakan.

Saat ini masih ada puluhan ribu orang yang terperangkap di dalam zona perang. Badan-badan bantuan, kelompok hak asasi manusia dan pemerintah mendesak LTTE berhenti menggunakan mereka sebagai tameng manusia.

Pemerintah mengatakan, 70.000 orang sipil masih berada di zona perang, sementara Palang Merah menyebutkan angka 150.000.

Macan Tamil bersikeras bahwa orang-orang itu tinggal di sana atas kehendak mereka sendiri dan menuduh pemerintah membom warga sipil, namun militer membantah hal itu.

Sementara itu Menteri Pos dan Telekomunikasi Mahinda Wijesekara hari Rabu dilepas alat bantu hidupnya namun tetap berada dalam perawatan intensif di sebuah rumah sakit di Kolombo. Ia termasuk diantara 35 orang yan gterluka dalam ledakan bom di luar sebuah masjid di Godapitiya yang dituduhkan pada LTTE.

Serangan itu ditujukan pada kelompok enam menteri yang sedang memperingati Maulid Nabi. Wijesekara adalah satu-satunya menteri yang terluka dalam serangan itu.

Sejumlah analis mengatakan bahwa Macan Tamil kini mendekati kekalahan dan perang darat akan segara berakhir.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapaksa telah memperingatkan pemberontak Macan Tamil agar menyerah tanpa syarat atau dibunuh.

"Mereka (Macan Tamil) harus mengizinkan warga sipil pergi dan kemudian menyerah tanpa syarat," kata Rajapaksa.

Badan-badan bantuan mengatakan, sekitar 250.000 orang terperangkap di zona perang, namun pemerintah mengatakan bahwa jumlah mereka hanya sekitar separuh dari angka tersebut.

Rajapaksa, yang memimpin parade militer di Kolombo, ibukota Sri Lanka, memuji kemajuan militer akhir-akhir ini ke arah kemenangan atas apa yang disebutnya sebagai "organisasi teroris paling kuat di dunia".

Militer telah mencapai serangkaian kemenangan, termasuk merebut kembali Kilinochchi, yang diklaim Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) sebagai ibukota mereka, dan mengusir pemberontak tersebut dari Semenanjung Jaffna.

Sejak pemerintah Sri Lanka pada Januari tahun lalu menarik diri dari gencatan senjata sponsoran Norwegia, pasukan keamanan meningkatkan upaya-upaya untuk menguasai lagi wilayah utara yang masih dikuasai Macan Tamil.

Pada Juli lalu, pemimpin angkatan darat, Letjen Sarath Fonseka mengatakan, pasukannya telah melenyapkan duapertiga dari kekuatan militer Macan Tamil dan konflik itu sedang "mendekati titik peralihan".

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.

Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.

Lebih dari 70.000 orang tewas dalam konflik separatis panjang di Sri Lanka itu sejak 1972.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak.(*)

No comments:

Post a Comment